Deterjen yang beredar di pasaran pada umumnya merupakan deterjen dengan bahan aktif berupa surfaktan LAS (Linier Alkylbenzen Sulfonat) berasal dari petroleum. Masalah yang timbul akibat penggunaan surfaktan LAS adalah masalah biodegradasi. Selama penggunaannya deterjen sulit untuk didegredasi oleh bakteri dalam air, sehingga limbah deterjen tetap berada dalam air, oleh karena itu terjadi akumulasi jumlah deterjen dalam air. Akumulasi deterjen dalam air dapat menjadi sumber pencemaran dalam air. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan terutama pada habitat air. Masalah lain yang timbul adalah adanya keterbatasan tersedianya bahan baku LAS yaitu petroleum, karena merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharui.
Pergeseran zaman ke era produk yang lebih ramah lingkungan mendorong industri untuk menciptakan deterjen yang ramah lingkungan. Penyelesaian terhadap masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan surfaktan yang berbahan baku oleokimia. Salah satu contoh surfaktan yang berbahan baku oleokimia adalah Metil Ester Sulfonat (MES).
MES merupakan surfaktan yang berasal dari hasil sulfonasi metil ester. MES memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan LAS, yaitu; pada kondisi air sadah MES memiliki kemampuan deterjensi yang lebih baik dari pada dibandingkan surfaktan anionik lain. Dengan kata lain, MES memiliki toleransi yang tinggi terhadap keberadaan ion kalsium. Surfaktan MES dibandingkan surfaktan LAS (Linier Alkylbenzen Sulfonat), dengan konsentrasi yang sama memiliki daya deterjensi yang lebih tinggi . Selain itu MES juga lebih bersifat biodegradable.
Point Laundry Plus, dengan memperhatikan dampak lingkungan, menggunakan detergen berbahan dasar MES agar limbah yang dihasilkan ramah terhadap lingkungan namun memiliki daya bersih melebihi detergen biasa. Jadi, tunggu apa lagi? Laundry Disini Aja…